Entri Populer

Kategori

Buku Tamu

Diberdayakan oleh Blogger.
Senin, 20 Agustus 2012

1.1    Pengantar

          Materi pembelajaran Sikap Bahasa yang disajikan pada bagian pertama modul Mata Kuliah Bahasa Indonesia Umum ini dimaksudkan agar para mahasiswa dapat memahami bahwa keberhasilan kegiatan pembelajaran bahasa memerlukan sikap positif dari mahasiswa terhadap bahasa Indonesia. Sikap positif dapat dibentuk, ditumbuhkan, dan dikembangkan. Dengan tumbuh dan berkembangnya sikap positif terhadap bahasa Indonesia dalam diri mahasiswa, maka akan tumbuh rasa bangga dan rasa memiliki. Rasa bangga dan rasa memiliki akan mendorong kita untuk mempelajari seluk beluk bahasa Indonesia dan penggunaannya.
          Bab Sikap Bahasa menyajikan secara ringkas pengertian sikap dan sikap bahasa. Uraian selanjutnya, dengan ilustrasi contoh yang sederhana, mencakup sikap positif dan sikap negatif bahasa, di samping hubungan antara sikap bahasa dan perilaku tutur atau perilaku berbahasa dan faktor-fator yang melatarbelakanginya. Selain itu, juga diuraikan tentang ciri-ciri sikap positif bahasa. Uraian tentang bahasa yang baik dan benar diharapkan akan melengkapi wawasan mahasiswa tentang topik sikap bahasa.

1.2    Standar Kompetensi

          Pada akhir pertemuan, diharapkan mahasiswa memiliki pengetahuan tentang sikap bahasa, serta dapat menyebutkan sejumlah gejala yang menunjukkan sikap positif dan sikap negatif berbahasa, serta tumbuhnya sikap positif terhadap bahasa Indonesia.

1.3    Materi

Mengawali pembicaraan mengenai sikap bahasa, khususnya sikap kita terhadap bahasa Indonesia, ada baiknya kita mencoba merenungkan dan menjawab pertanyaan yang berikut.
1.     Apakah kita memiliki rasa bangga terhadap bahasa Indonesia?
2.     Apakah kita bangga menggunakan bahasa Indonesia?
3.     Apakah kita telah terus-menerus berusaha meningkatkan pengetahuan dan keterampilan berbahasa Indonesia?
4.     Apakah kita telah mampu memilih ragam bahasa Indonesia yang sesuai dengan konteks situasi penggunaannya?
 Jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan di atas merupakan ukuran kadar atau mutu sikap kita terhadap bahasa Indonesia. Makin tinggi rasa kebanggaan kita terhadap bahasa Indonesia, makin tinggi mutu sikap bahasa kita. Demikian juga semakin kita memiliki dorongan yang tinggi untuk meningkatkan pengetahuan bahasa dan meningkatkan keterampilan berbahasa Indonesia kita, maka hal itu berarti semakin positif sikap bahasa kita. Kemampuan kita memilih ragam bahasa Indonesia yang sesuai dengan konteks situasi penggunaanya, menunjukkan kadar sikap kita terhadap bahasa Indonesia. Sebaliknya, makin rendah rasa kebanggaan kita, atau kita sama sekali tidak memiliki rasa kebanggaan, serta makin rendah dorongan untuk berupaya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan berbahasa kita, hal itu berarti semakin rendah sikap kita.
Sikap merupakan peristiwa kejiwaan secara umum. Sikap bisa positif dan bisa juga negatif. Sikap dapat diamati melalui perilaku. Beberapa pengertian tentang sikap menunjukkan bahwa sikap dapat diartikan sebagai kesiapan beraksi terhadap sesuatu keadaan. Sikap juga dapat diartikan sebagai kesiapan mental dan syaraf dan hanya dapat diamati dengan cara mawas diri atau introspeksi. Sikap merangkum tiga komponen utama, yakni komponen kognitif, komponen afektif, komponen konatif. Komponen kognitif bertalian dengan proses berfikir, bersifat mental. Komponen afektif berhubungan dengan perasaan dan nilai, misalnya rasa senang dan tidak senang, peduli dan masa bodoh, suka dan tidak suka. Komponen konatif menunjuk kepada perilaku atau perbuatan sebagai putusan akhir kesiapan reaktif terhadap suatu hal atau keadaan. Melalui komponen konatif inilah biasanya kita kita dapat mengetahui dan mengukur sikap seseorang terhadap suatu hal atau keadaan.
Sikap dan perilaku berhubungan secara timbal balik. Perilaku seseorang atau sekelompok orang terhadap hal atau keadaan menunjukkan sikap mereka terhadap hal atau keadaan yang dimaksud. Berbondong-bondong orang per orang atau kelompok orang menyumbangkan uang, makanan, obat-obatan, pakaian, dan tenaga untuk membantu masyarakat Nangroe Aceh Darussalam (NAD) yang terimpa musibah gempa dan tsunami baru-baru ini. Perilaku demikian menunjukkan sikap positif, yakni peduli dan bersedia membantu penderitaan dan kesusahan orang lain.
Rasa senang terhadap benda atau hal, rasa bangga terhadap keadaan pada umumnya adalah sikap positif. Menyenangi kebersihan lingkungan dan berusaha secara terus-menerus untuk menciptakan dan menjaga kebersihan lingkungan, menunjukkan sikap positif terhadap kebersihan. Menyenangi dan memiliki rasa bangga terhadap bahasa daerah atau bahasa ibu kita, serta terus berupaya mempertahankan dan menggunakan bahasa daerah atau bahasa ibu sesuai dengan kebutuhannya, juga menunjukkan positif kita terhadap bahasa daerah atau bahasa ibu kita tersebut. Sebaliknya, kurang atau tidak menyukai yang ditunjukkan oleh ketidakpedulian serta keengganan untuk berusaha menjaga dan menciptakan kebersihan lingkungan, menunjukkan sikap negatif kita terhadap kebersihan lingkungan. Sikap negatif kita terhadap bahasa daerah atau bahasa ibu kita akan tampak antara lain dari perilaku kita, misalnya tidak menyukai, tidak bangga, tidak berusaha menjaga dan mempertahankan bahasa daerah atau bahasa ibu kita, serta tidak mau menggunakan bahasa daerah sesuai dengan konteks situasi dan tujuan penggunaannya, tidak berusaha mempelajari dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan berbahasa daerah kita. Menggunakan bahasa Indonesia secara serampangan, tidak bangga terhadap bahasa Indonesia, tidak peduli dengan kaidah bahasa Indonesia, dan tidak berusaha meningkatan pengetahuan dan kemampuan berbahasa Indonesia, menunjukkan sikap negatif kita terhadap bahasa Indonesia.
Perlu diketahui bahwa perilaku yang ditampilkan seseorang atau suatu masyarakat tidak timbul karena sikapnya, tetapi bisa muncul karena kebiasaan dan norma sosial. Perilaku membantu meringankan penderitaan orang lain seperti dicontohkan di atas bisa juga muncul karena kebiasaan, tabiat dasar manusia yang peduli dan suka menolong. Juga bisa muncul karena adanya ‘norma sosial’, misalnya rasa kebersamaan dan rasa sepenanggungan, rasa persaudaraan, serta rasa sebangsa dan setanah air. Perilaku menjaga, mempertahankan, dan mengembangkan bahasa daerah dan bahasa Indonesia dapat tumbuh karena kita memiliki sikap positif atau bisa juga karena adanya ‘norma sosial’ yaitu bahwa bahasa adalah identitas dan jati diri bangsa, seperti dinyatakan dalam ungkapan ‘bahasa menunjukkan bangsa’, atau karena faktor kebiasaan yang kita tumbuh kembangkan terus: kebiasaan menjaga, mengembangkan, dan membina bahasa daerah dan bahasa Indonesia. Para ahli sepakat bahwa ‘kebiasaan’ merupakan faktor yang paling kuat dan paling dominan membentuk perilaku, sedangkan ‘sikap’ merupakan faktor yang paling lemah dan kurang dominan. Ini berarti perilaku yang ditampilkan seseorang atau oleh suatu masyarakat tidak selalu mencerminkan sikap seseorang atau masyarakat tersebut.
Sikap terhadap bahasa Indonesia, apakah sikap negatif atau sikap positifnya, juga dapat kita amati melalui berbagai perilaku. Keadaan dan proses terbentuknya sikap bahasa tidak jauh dari keadaan dan proses terbentuknya sikap pada umumnya sebab sikap bahasa juga merupakan peristiwa kejiwaan. Sikap bahasa dapat diamati antara lain melalui perilaku berbahasa atau perilaku tutur. Sebagaimana perilaku dan sikap pada umumnya, perilaku berbahasa atau perilaku tutur seseorang atau sekelompok orang tidak selalu merupakan cerminan sikap bahasa. Demikian pula sebaliknya, sikap bahasa tidak selamanya tercermin dalam perilaku tutur.
Dalam teori bahasa Ferdinan de Saussure (1988) membedakan istilah bahasa (langue) dari tutur (parole). Langue merupakan sistem bahasa yang tersimpan di dalam benak penuturnya serta merupakan hasil proses pembelajaran. Adapun parole merupakan realisasi konkret, perwujudan yang tampak dari bahasa, atau perilaku berbahasa, yang bisa kita dengar dan kita cermati. Dalam kaitannya dengan sikap bahasa dan perilaku berbahasa (atau perilaku tutur), dapat dijelaskan bahwa sikap bahasa cenderung mengacu kepada bahasa sebagai sistem (langue), sedangkan perilaku tutur cenderung mengarah pada pemakaian bahasa secara konkret (parole).
Perilaku tutur seseorang (parole) berkaitan dengan komponen kognitif, afektif, dan konatif seperti disinggung di atas. Misalnya, seseorang yang berpendidikan tinggi, pernah tinggal dan bekerja di luar negeri, sedang berbicara dalam bahasa Indonesia, maka tuturan yang diungkapkannya akan dipengaruhi oleh pengetahuannya tentang bahasa Indonesia dan bahasa asing yang dikuasainya, di samping afektifnya. Secara kognitif ia seharusnya ia akan memilih kata-kata dan struktur bahasa Indonesia yang setepat-tepatnya sebab sebagai penutur bahasa Indonesia yang terdidik sudah selayaknya ia harus berbuat demikian. Namun, komponen afeksinya mengimbau agar sebagai anggota kelompok terdidik dengan pengalaman luar negerinya, merasa kurang puas atau kurang bergengsi apabila konsep tertentu tidak diungkapkannya dengan bahasa asing sehingga muncullah istilah atau kata-kata dari bahasa asing dalam tuturan orang tersebut. Perhatikan tutran yang dikutip dari berbagai sumber berikut ini.
1.     Ini merupakan task yang besar.
2.     Kita harus dapat membangun awarness terhadap penderitaan saudara kita di NAD akibat musibah gempa dan tsunami.
3.     Akibat perbuatan tersebut, berdasarkan berita acara tim ahli LPJK Provinsi Bengkulu yang melakukan cross check kebijakan yang dilakukan terdakwa, negara dirugikan Rp214.626.894,4.
4.     Pada bagian lain, Kajati Rusdi Taher, S.H. juga mengungkapkan target dirinya mengusut proyek-proyek tanpa tender alis yang dikenal penunjukan langsung adalah menciptakan clean government and good government, pemerintah yang bersih dan berwibawa.
5.     Panen perkaran korupsi yang ditangani tiga instani yang memiliki kewenangan menyidik – kejaksaan, kepolisian, dan Komisi Pemberantasa Korupsi (KPK) – patut diapresiasi positif. Bahkan, yang mungkin menggambarkan rasa keadilan, begitu mudah dan dengan powerfull kejaksaan, kepolisian, serta KPK menetapkan para pejabat pemerintah seperti gubernur, wali kota, bupati, dan pimpinan DPRD serta anggota DPRD menjadi tersangka tindak pidana korupsi di banyak daerah.

Perhatikan juga pernyataan-pernyataan yang berikut ini yang dikutip dari media cetak.
6.     Kami disuruh ke rumah Pak Kadis, kami jugo diperlihatkan buku anggaran untuk panti. Kami idak tahu soal anggaran itu, ….
7.     Seluruhnyo untuk perayaan tabot tahun ini kito siapkan Rp 350 juta. Idak tahulah kito apo peruntukannyo. Itu dipegang Infokom.

Kutipan 1 sampai dengan 5 menunjukkan bahwa penutur adalah dari kalangan terdidik, memiliki pengetahuan dan kemampuan berbahasa Inggris, di samping tentunya memiliki pengetahuan dan kemampuan berbahasa Indonesia. Secara kognitif, penutur tentu dapat menyatakan gagasannya dalam bahasa Indonesia sepenuhnya.. Namun, secara afektif, yang bersangkutan merasa perlu menyatakan beberapa konsep dalam bahasa Inggris agar tuturannya terkesan lebih bergensi. Kutipan 6 dan 7 di atas menunjukkan bahwa penutur, yang berbahasa ibu bahasa Melayu Bengkulu, tentu memiliki pengetahuan dan kemampuan berbahasa Indonesia. Secara kognitif, penutur tentu saja mampu memilih istilah, kata dan struktur kalimat bahasa Indonesia yang tepat untuk menyatakan gagasannya. Namun, afeksinya mendorong yang bersangkutan memilih menggunakan istilah dan kata serta struktur bahasa daerah.
Ilustrasi di atas menunjukkan kepada kita bahwa komponen konatif, yakni perilaku yang tampak berupa ujaran atau tuturan bahasa Indonesia bercampur bahasa asing atau bahasa Indonesia bercampur bahasa daerah ditentukan oleh komponen afektifnya. Dalam kasus tersebut di atas, komponen kognitifnya tidak mendominasi afektifnya. Dengan demikian, apabila pada akhirnya seseorang memilih menggunakan bahasa Indonesia yang baik secara situasional dan benar secara gramatikal, maka komponen konatifnya cenderung merujuk kepada komponen kognitifnya. Sedangkan apabila yang keluar dari tuturannya ternyata bahasa Indonesia yang bercampur aduk dengan bahasa daerah atau bahasa asing, maka komponen konatifnya jelas lebih ditentukan oleh komponen afektifnya.
Meskipun demikian, perlu diketahui bahwa gejala penggunaan bahasa sebagaimana dicontohkan di atas belum dapat dijadikan ukuran mutlak bahwa sikap bahasa orang tersebut rendah atau negatif. Mungkin saja, gejala tersebut merupakan akibat dari kebiasaan orang itu, yang menurut para pakar merupakan faktor penentu yang paling kuat. Sebab, bahasa pada dasarnya adalah “sistem kompleks tentang kebiasaan”. Tetapi tentu saja bahwa kebiasaan yang baik adalah lebih baik daripada kebiasaan yang tidak baik, mungkin merupakan sesuatu yang dapat disepakati bersama. Oleh sebab itu, lebih baik kita membiasakan berbahasa yang baik daripada membiasakan berbahasa yang tidak baik. Membiasakan berbahasa yang baik secara situasional dan benar secara gramatikal akan dapat menumbuhkan sikap bahasa yang baik.
Berikut ini dikutipkan contoh tuturan dari salah satu media cetak yang terbit di Bengkulu. Perhatikan bahwa ide dinyatakan sepenuhnya dengan kosa kata bahasa Indonesia dan dengan struktur yang benar.
Menarik apa yang dikatakan ketua DPRD Provinsi Bengkulu, Drs. Suardi Bahrun, S.H. tentang wacana yang berkembang di kalangan elit partai politik (parpol) Bengkulu terkait dengan “sosok” pasangan calon kepala daerah (gubernur) Bengkulu mendatang. Kepada wartawan, beberapa waktu lalu Suardi Bahrun yang juga ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Bengkulu menuturkan, wacana yang berkembang saat ini bukan lagi menyoal tentang siapa “sosok” yang akan dicalonkan, tetapi lebih kepada siapa sosok yang “jangan sampai” dicalonkan.         

Dalam kaitan hal tersebut di atas, mengetahui konsep bahasa yang baik dan benar menjadi syarat untuk dapat berperilaku bahasa secara baik dan benar yang pada gilirannya dapat menumbuhkan sikap bahasa yang positif. Para ahli sependapat bahwa yang dimaksud dengan penggunaan bahasa yang baik adalah penggunaan bahasa yang sesuai dengan konteks situasinya. Adapun yang dimaksud dengan penggunaan bahasa secara benar adalah penggunaan bahasa yang sesuai secara gramatikal, penggunaan bahasa yang taat kaidah. Konteks situasi yang dimaksud mencakup antara lain: (a) lawan bicara, (b) tempat, (c) topik pembicaraan, serta (d) medium atau alat, yaitu bahasa lisan atau tulis. Berdasarkan unsur-unsur tersebut di atas, konteks situasi dapat digolongkan antara lain menjadi resmi atau formal, dan non-formal atau tidak resmi. Adapun yang dimaksud dengan kaidah bahasa atau gramatika meliputi struktur bahasa, baik kata maupun kalimat.
Misalnya, jika kita berbincang-bincang dengan sesama mahasiswa, dengan topik pembicaraan sekitar kehidupan mahasiswa, dan dilakukan di taman dalam kampus, dalam suasana akrab, maka konteks situasinya non-formal (akrab atau intim). Dalam hal ini, kata-kata atau istilah dan struktur yang digunakan tentu akan berbeda jika kita, misalnya, terlibat dalam diskusi atau rapat resmi dalam satu ruang sidang dan dihadiri oleh pihak-pihak dari berbagai kelompok serta yang membahas masalah umum yang menyangkut orang banyak. Dalam hal yang pertama, penggunaan kata-kata gue, lu, ane, ente, aku, kau; kasih tahu, ngeceklah, ngapo, payah nian; atau kata dan istilah gaul lainnya seperti, bete, chicken (ungkapan yang berarti ‘pengecut’, ‘penakut’) boleh atau dimungkinkan digunakan. Bentuk-bentuk seperti dikutip dari rubrik Lapor Cik dalam harian Rakyat Bengkulu, menunjukkan bahwa bukan hanya penggunaan kosa kata bahasa daerah dimungkinkan, melainkan juga penulisan katanya karena disampaikan melalui fasilitasi SMS yang mengharuskan penyingkatan bentuk penulisan kata.
Eloknyo relawan Aceh kito kasih medali emas krn mrk telah dgn ikhlas membantu walaupun nyawa taruhannya.

Cik kenapo di kab seluma peserta tes jur manajemen informatika D3 ko idk ado yg lls. ada apakah di balik semua itu? Tlng jwb panitia tes kab seluma. Rb tlng dimuat.

Tetapi, jika konteks situasinya resmi, maka kata atau istilah yang dicontohkan di atas tidak seharusnya digunakan. Kata, istilah dan struktur bahasa yang digunakan dalam konteks situasi resmi tentunya kata, istilah dan struktur bahasa yang baku atau standar.
          Tumbuh dan berkembangnya sikap positif terhadap bahasa juga terkait dengan kondisi kebahasaan suatu masyarakat. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat multilingual atau aneka bahasa. Tiap kelompok masyarakat atau etnis dalam wilayah negara kesatuan RI paling tidak menguasai dua bahasa, yaitu bahasa daerah atau bahasa ibu mereka dan bahasa Indonesia. Sebagian dari warga Indonesia menguasai juga satu atau beberapa bahasa asing, seperti Inggris, Jerman, Perancis, Belanda, Arab, Jepang, Korea, dan Mandarin. Dalam kondisi kebahsaan yang demikian, ditambah adanya globalisasi yang menuntut penguasaan bahasa Inggris sebagai bahasa Internasional, maka kita berhadapan dengan pilihan-pilihan.
Apabila di dalam suatu masyarakat dikenal lebih darl satu bahasa, maka pemilihan bahasa manakah yang akan dipergunakari sebagai alat komunikasi umum di dalam masyarakat itu menunjukkan sikap masyarakat terhadap bahasa tersebut. Misalnya, ketika bangsa Indonesia yang memiliki cukup banyak bahasa daerah hendak menentukan bahasa nasionalnya. Pemilihan bahasa Indonesia (dari akar bahasa Melayu) di antara sekian bahasa daerah yang dimiliki bangsa Indonesia, tentu didasarkan pada sikap posilif masyarakat Indonesia terhadap bahasa yang dipilihnya itu. Tanpa sikap demikian tidak mungkin berbagai etnik di Indonesia rela mengenyampingkan bahasa etniknya dan menyetujui dipilihnya bahasa Indoesia sebagai bahasa nasional.
Distribusi perbendaharaan bahasa merupakan salah satu ciri yang dapat dipakai untuk menentukan sikap bahasa. Sebab, distribusi perbendaharaan bahasa merupakan aktualisasi dari perilaku tutur. Sikap positif tersebut tampak antara lain dari kecermatan pemakaian bentuk bahasa dan struktur bahasa serta ketepatan pemilihan kata-kata yang dipergunakan oleh penutur bahasa. Namun demikian, kurang cermatnya pemakaian bentuk bahasa dan struktur bahasa serta kurang tepatnya pemilihan kata-kata belum tentu berarti sikap negatif terhadap bahasa yang sedang dipergunakannya. Pemakaian bahasa demikian, mungkin hanya karena kebiasaan. Seperti kita ketahui, kebiasaan merupakan faktor utama tumbuhnya sikap. Masyarakat Indnesia yang berlatar multi etnis dengan masing-masing bahasa daerah sebagai bahasa ibu mereka memungkinkan terjadinya perilaku tutur yang demikian.
Sikap positif akan mendorong setiap penutur untuk sejauh mungkin mengurangi atau menghilangkan sama sekali warna bahasa daerah atau dialeknya. Sikap demikian akan sangat menunjang usaha pembakuan bahasa Indonesia. Sebaliknya, jika seorang penutur tidak pernah berusaha mengurangi apalagi menghilangkan warna daerah atau dialeknya, maka sikap positif itu belum tumbuh., meskipun penutur tersebut belum tentu mempunyai sikap negatif terhadap bahasa Indonesia.
Sehubungan dengan pengertian sikap positif dan sikap negatif terhadap bahasa, baik untuk disimak pendapat pakar bahwa sikap bahasa itu setidak-tidaknya mengandung tiga ciri pokok, yakni: kesetiaan bahasa (language loyalty), kebanggan bahasa (language pride) dan kesadaran akan adanya norma bahasa (awareness of the norm). Kesetiaan bahasa adalah sikap yang mendorong masyarakat tutur mempertahankan kemandirian bahasanya, termasuk memperkecil masuknya pengaruh asing. Kebanggaan bahasa merupakan sikap yang mendorong seseorang atau sekelompok orang menjadikan bahasanya sebagai lambang indentitas pribadi atau kelompoknya. dan sekaligus membedakannya dari orang atau kelompok yang lain. Adapun kesadaran adanya norma bahasa adalah sikap yang mendorong penggunaan bahasa secara cermat, benar, santun dan layak. Kesadaran demikian merupakan faktor yang sangat menentukan perilaku tutur dalam ujud pemakaian bahasa (language usage). Kesetiaan bahasa, kebanggaan bahasa dan kesadaran akan adanya norma bahasa merupakan ciri-ciri sikap positif terhadap sesuatu bahasa. Sebaliknya, jika seseorang atau sekelompok anggota masyarakat tutur tidak lagi bergairah atau terdorong untuk mempertahankan kemandirian bahasanya, itu merupakan salah satu petunjuk bahwa kesetiaan bahasanya mulai melemah, dan tidak mustahil akan hilang sama sekali. Sikap negatif seperti itu akan terjadi apabila seseorang atau sekelompok orang sebagai anggota suatu masyarakat tidak ada rasa bangga terhadap bahasanya dan mengalihkan kebanggaannya kepada bahasa lain yang bukan miliknya. Mereka tidak merasa berkewajiban atau merasa malu menunjukkan identitasnya dengan bahasanya, dan cenderung mengalihkan identitasnya melalui bahasa lain. Keadaan akan menjadi leih buruk jika orang atau masyarakat tidak lagi menyadari akan adanya norma bahasa. Sikap demikian biasanya akan mewarnai hampir seluruh perilaku tuturnya. Mereka tidak lagi terdorong dan tidak lagi merasa merasa terpanggil untuk memelihara cermat-bahasanya dan santun-bahasanya. Yang dituturkannya dan dituliskannya tidak pernah memperhitungkan kaidah-kaidah bahasa yang berlaku. dan tidak ada tanda-tanda rusaha ke arah itu. Mereka sudah puas karena yang diajak berkomunikasi “sudah mengerti”, tetapi mereka tidak sadar bahwa kemengertiannya itu hanya karena kebetulan mereka sama-sama penutur asli (native speaker) dari bahasa yang sama. Tidak adanya kesadaran akan adanya norma bahasa membuat orang-orang seperti itu tidak merasa kecewa sedikitpun, meski bahasanya kacau balau dan tidak pernah tergugah hatinya berusaha bertutur dengan norma bahasa yang benar dan santun.
Untuk menanamkan sikap setia-bahasa. bangga-bahasa dan sadar-norma bahasa. Perlu dilakukan dengan pendidikan bahasa. Pelaksanaan pendidikan bahasa didasarkan atas asas-asas pembinaan kaidah dan norma bahasa, disamping norma-norma sosiolinguistik dan norma-norma hidup yang hidup di dalam masyarakat pemakai pahasa yang bersangkutan. Dengan cara demikian diharapkan akan timbul sikap positif sebagai dasar pembinaan dan pengembangan bahasa lebih lanjut.
Dalam kaitan ini sangat penting faktor motivasi masyarakat untuk berusaha menguasai bahasa tertentu. Motivasi untuk dapat menguasai bahasa dan menggunakannya secara benar dan santun dapat bersifat instrumental atau integratif. Instrumental artinya motivasi untuk mengetahui dan menguasai bahasa dilakukan untuk perbaikan nasib. Misalnya, orang yang berusaha menguasai dan dapat berbahasa Inggris dalam rangka agar dapat bekerja pada perusahaan asing dengan pendapatan yang tinggi. Integratif artinya yang bersangkutan berusaha menguasai suatu bahasa dalam rangka keingintahuannya tentang kebudayaan masyarakat dan bahasa yang dipelajarinya.       
 Orientasi instrumental hanya terjadi terhadap bahasa-bahasa yang mempunyai jangkauan luas sebagai alat komunikasi dan banyak dibutuhkan di dalam kegiatan hidup. Sedangkan orientasi integratif biasanya terjadi terhadap bahasa-bahasa dari suatu masyarakat yang dipandang tingkat kebudayaannya cukup tinggi, tetapi bahasanya hanya terbatas sebagai alat komunikasi kelompok etnik tertentu. Oleh sebab itu, kebijaksanaan bahasa dalam hal menentukan dasar-dasar pendidikan bahasa. Merupakan faktor yang sangat menentukan bagi berhasil tidaknya pembinaan sikap berbahasa yang positif yang merupakan landasan dasar dalam pembinan dan pengembangan sesuatu bahasa.

1.4    Rangkuman

Sikap bahasa (positif atau negatif) merupakan peristiwa kejiwaan yang dapat diamati melalui perilaku. Sikap dan perilaku berhubungan secara timbal balik. Menyenangi dan memiliki rasa bangga terhadap bahasa daerah atau bahasa Indonesia, serta terus berupaya mempertahankan dan menggunakan bahasa daerah atau bahasa Indonesia sesuai dengan kebutuhannya menunjukkan sikap positif kita. Sebaliknya, kurang menyukai, kurang peduli, dan tidak bangga terhadap bahasa daerah atau bahasa Indonesia menunjukkan sikap negatif.
Sikap positif dapat ditumbuhkembangkan melalui kebiasaan. Membiasakan diri untuk lebih menguasai dan lebih terampil berbahasa Indonesia dapat menumbuhkembangkan sikap positif kita terhadap bahasa Indonesia. Mengetahui konsep bahasa yang baik dan benar menjadi syarat untuk dapat berperilaku bahasa secara baik dan benar yang pada gilirannya dapat menumbuhkan sikap bahasa yang positif.

1.5    Latihan

A. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut. Kemudian diskusikan hasil jawaban Anda dengan rekan-rekan. Kaitkan dengan sikap berbahasa Anda.
1.     Apakah Anda memiliki Kamus Besar Bahasa Indonesia?
2.     Apakah Anda menggunakan kamus itu untuk memperluas kosa kata bahasa Indonesia Anda?
3.     Apakah Anda memiliki Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan?
4.     Apakah Anda memiliki Pedoman Penyusunan Istilah di bidang Anda?
5.     Apakah Anda merasa perlu belajar lebih dalam tentang bahasa Indonesia?
6.     Apakah Anda bertanya kepada rekan atau dosen ketika Anda mendapatkan kesulitan penggunaan bahasa Indonesia?
7.     Apakah Anda berusaha menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar?
8.     Apakah Anda bangga terhadap bahasa Indonesia?

B. Kutip dari Koran atau dari media elektronik penggunaan bahasa Indonesia. Diskusikan dengan rekan-rekan Anda kutipan-kutipan tersebut kaitannya dengan sikap bahasanya.

1.6    Daftar Pustaka


Kridalaksana, Harimurti. 1985. Fungsi Bahasa dan Sikap Bahasa. Ende Flores: Nusa Indah. 

7 komentar:

Anonim mengatakan...

Hi, always i used to check weblog posts here in the early hours in the daylight,
because i enjoy to gain knowledge of more and
more.

My web blog affordable managed vps hosting

Anonim mengatakan...

Do you mind if I quote a couple of your posts as long as I provide credit
and sources back to your site? My blog is in the very same area of interest as yours and my
users would truly benefit from some of the information you provide here.
Please let me know if this ok with you. Many thanks!

Feel free to visit my web blog vexxhost feedback
my website > vexxhost surveys

Anonim mengatakan...

It's difficult to find experienced people about this topic, however, you seem like you know what you're talking about!

Thanks

Here is my blog post: Instance.Io Recommendations

Anonim mengatakan...

We stumbled over here coming from a different website
and thought I might as well check things out.
I like what I see so now i am following you. Look forward to checking out your
web page repeatedly.

my web page: host-monster Reviews

Anonim mengatakan...

I really like your blog.. very nice colors & theme.
Did you design this website yourself or did you hire someone to do it
for you? Plz answer back as I'm looking to design my own blog and would like to know where u got this from. thank you

My weblog ... web hosting reseller software

Unknown mengatakan...

terima kasih, post ini sangat membantu :)

jaeleiueda mengatakan...

Ritzy Casino: Get the best free casino chip today - DrMCD
Ritzy casino 남양주 출장안마 offers the 에볼루션 바카라 latest 김포 출장마사지 slot machines, video slots, table games and video poker as well as Vegas 서산 출장샵 style casino 제주도 출장마사지 games.

About Me

Follower